Dua Belas Hari
Oleh : Ratna W. Anggraini
Rembulan menjadi teman malam ini
Entah untuk kali yang kesekian
Suaramu tertahan di pikiranku
Terjebak dalam memori yang lama terhanyut
Terombang-ambing ketidakpastian kehidupan
Ingin aku menggenggam suaramu
Kamu ada tapi tak ada
Terlihat nyata, namun ternyata semu
Detik yang menjadi menit, lalu menjadi jam, lalu berubah menjadi hari
Berlalu begitu saja dalam ketidakmampuanku
Bayangmu tercecer diterpa angin muson dari timur
Pun bahkan hujan tak mampu menghapus jejakmu
Dua belas hari...
Rasanya tak pernah cukup
Tapi sang waktu terus menjauh
Mungkin nanti kau hanya akan temukan bingkai harapan yang tak pernah rampung kurangkai
Barangkali esok kau bisa memungutnya
Ya... memang tak terlalu indah
Hanya kumpulan airmata dan harapan dari jiwa yang kosong
Dibuat oleh tangan-tangan mungil yang terus mengais kasih sayang
Saat tiba waktuku
Aku masih ingin melihat kau melukis pelangimu
Seperti saat aku menemukan kita
Satu setengah tahun dalam kebisuan yang tak berbatas
Yang mungkin saja hanya melintas sekilas di ingatanmu
Rembulan menjadi teman malam ini
Entah untuk kali yang kesekian
Suaramu tertahan di pikiranku
Terjebak dalam memori yang lama terhanyut
Terombang-ambing ketidakpastian kehidupan
Ingin aku menggenggam suaramu
Kamu ada tapi tak ada
Terlihat nyata, namun ternyata semu
Detik yang menjadi menit, lalu menjadi jam, lalu berubah menjadi hari
Berlalu begitu saja dalam ketidakmampuanku
Bayangmu tercecer diterpa angin muson dari timur
Pun bahkan hujan tak mampu menghapus jejakmu
Dua belas hari...
Rasanya tak pernah cukup
Tapi sang waktu terus menjauh
Mungkin nanti kau hanya akan temukan bingkai harapan yang tak pernah rampung kurangkai
Barangkali esok kau bisa memungutnya
Ya... memang tak terlalu indah
Hanya kumpulan airmata dan harapan dari jiwa yang kosong
Dibuat oleh tangan-tangan mungil yang terus mengais kasih sayang
Saat tiba waktuku
Aku masih ingin melihat kau melukis pelangimu
Seperti saat aku menemukan kita
Satu setengah tahun dalam kebisuan yang tak berbatas
Yang mungkin saja hanya melintas sekilas di ingatanmu
karena aku ingin kita tetap ada, bukan aku atau kamu
karena aku ingin kita tetap ada, meski dunia kita telah berbeda
karena aku ingin kita tetap ada, itulah mengapa aku menyebutmu sahabat
untuk setetes airmata yang berharga, 11122013
Komentar
Posting Komentar
Hai, Kawan. Kamu bisa tinggalkan komentar, bila kamu suka tulisan ini yaaa ... :) Terima kasih sudah membaca.