Dua Belas (Perjalanan Tanpa Batas : Pulang)
#6
Pulang
Kamera basah. Tas basah. Sekujur tubuh
dari kepala, jubah, rok sampai kaos kaki, semua basah. Lumpur menempel
dimana-mana. Rupa sudah tak karu-karuan. Tak ada waktu untuk bercermin. Gerimis
masih mengikuti sejauh kaki melangkah. Gigil menjadi teman untuk perjalanan
pulang kali ini. Tapi siapa yang peduli? Asal bersama mereka, aku akan
baik-baik saja. Keluarga forum lingkar pena yang luar biasa. Perjalanan masih
jauh untuk kembali ke tempat mobil menunggu. Matahari sudah menghilang di balik
mendung. Guntur dan halilintar saling bersahutan. Sesekali membuat kaget. Di sekelilingku
hanya semak-semak, perkebunan dan jurang. Jalan tanah ini menjadi lebih sulit
untuk dilewati dari perjalanan keberangkatan. Tanah yang keras berubah menjadi
lumpur. Salah melangkah, kepeleset. Bahkan bisa jatuh terperosok karena jalanan
sudah tak lagi menanjak tapi justru menurun. Butuh kaki yang kuat untuk
berbijak. Sebagian besar dari kami bahkan jatuh dan terpeleset berkali-kali
karena licinnya jalan. Tak hanya kami, penduduk yang mengakses jalan
menggunakan motor bahkan ikut tersungkur. Bekas ban motor itu memecah jalanan
menjadi tiga bagian. Dan membuat jalanan makin tak karuan.
Sebelumnya Dik Fabian sempat
dititipkan remaja yang pulang dengan menggunakan motor. Dibonceng belakang. Namun
di tikungan depan, tak lama setelah itu, kami dikagetkan dengan jatuhnya Dik
Fabian dari motor. Karena jalan yang menukik dan rem yang harus ditekan sedikit
mendadak, Dik Fabian dan remaja yang memboncengnya tersungkur di pematang
sawah. Syukurlah tak sampai masuk ke jurang. Dik Fabian tak menangis. Terlihat sedikit
lecet di kaki dan tangannya. Akhirnya Dik Fabian digendong Mas Ari dan pulang
duluan. Kami melanjutkan perjalanan. Kami harus tetap semangat. Karena mungkin,
semangat yang redup bahkan bisa lebih menakutkan ketimbang fisik yang lelah.
Pendakian, petualangan, masuk
hutan, terpeleset, jatuh, terluka, tersungkur, sudah bukan hal yang baru
buatku. Justru karena aku telah mengalaminya berkali-kali, kini aku mendapatkan
kaki yang kuat untuk berbijak dan melangkah. Mata yang tajam untuk terus menatap,
dan hati yang tabah untuk menerima apapun. Alam. Alam mengajarkan banyak hal
padaku. Alam mungkin sudah menjadi bagian dalam hidupku. Memiliki tempat
tersendiri di hatiku. Sudah bukan waktunya menangis, merengek, mengeluh seperti
belasan tahun lalu. Sudah cukup semua itu kualami di waktu kecil. Sebuah peristiwa
yang akan terus membuatku menata hati dan menerima apapun dengan legowo.
Aku bangga dengan teman-teman. Beberapa
dari mereka mungkin baru kali pertama melakukan perjalanan seperti ini. Tapi semangat
mereka itulah yang luar biasa. Mereka tetap
tersenyum saat kelelahan. Dan tentu saja tak henti-hentinya kami berdoa padaNya
di sepanjang perjalanan. Mereka kini menjadi semangatku. Perlahan tapi pasti
kami terus bergerak menyusuri tanah yang basah. Kami bahkan tak peduli keberangkatan
kereta yang akan membawa kami pulang kurang dua puluh lima menit lagi. Kami sudah
nekat. Memilih meninggalkan kereta. Urusan kereta nanti dulu, yang penting
semua selamat. Pada akhirnya, tujuan sebuah perjalanan adalah pulang. Bagaimana
kita membuat kisah bersama orang-orang di sekeliling kita dan menceritakannya
saat pulang. Tak peduli bagaimana akhirnya, berikan kisah itu dengan senyum
yang indah pada orang-orang yang kita sayangi. Aku pergi untuk kembali. Terima kasih
untuk setiap langkah yang kita buat bersama-sama. Terima kasih untuk perjalanan
ini.
***
Minimal ada tiga hal yang harus
kita lakukan saat dalam perjalanan. Jangan mengambil apapun kecuali gambar. Silakan
berfoto sesuka hati. Jangan (sengaja) membunuh apapun kecuali waktu. Perjalanan
ini tanpa batas. Bahkan waktu tak bisa benar-benar membatasi kita. Dan jangan
meninggalkan apapun kecuali jejak. Biarkan jejak kita membuat kenangannya
sendiri. Hanya jejak. Tak ada sampah yang harus ditinggalkan. Buang sampah pada
tempatnya, seperti engkau membuang kisah buruk pada masa lalu.
Kisah ini bukan fiktif belaka. Kesamaan
kejadian, tempat dan tokoh memang disengaja.
***
Terima kasih sudah membaca. Bagiku, setiap perjalanan adalah kisah yang tak pernah terlupakan. Perjalanan adalah cara untuk memahami kehidupan.
Salam.
Ratna W. Anggraini
![]() |
Alhamdulillah.. maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang engkau dustakan |
Salam.
Ratna W. Anggraini
Komentar
Posting Komentar
Hai, Kawan. Kamu bisa tinggalkan komentar, bila kamu suka tulisan ini yaaa ... :) Terima kasih sudah membaca.