Dua Belas (Perjalanan Tanpa Batas : Berkunjung)
#4
Berkunjung
Sekitar pukul setengah dua siang
kami sampai di kediaman Mba Wuri. Beberes dan salat Dhuhur sekalian makan
siang. Dengan menu soto ayam buatan Mba Wuri yang super duper lezat mampu
menghilangkan rasa lapar kami seketika. Rasanya tubuhku sedikit lelah.
Sore hari kami kedatangan tamu. Mas
Aziz dan Mba Ayu beserta adiknya datang berkunjung. Mereka juga keluarga FLP
yang berdomisili di Kediri. Lengkap sudah. Kami sedikit berbincang-bincang
sebelum akhirnya mereka pun pamit pulang. Cepat sekali perjumpaan ini, karena
masih ada agenda yang harus dilaksanakan. Selepas Maghrib, rencanya kami akan
pergi ke simpang lima gumul. Ikon kota Kediri. Sebelum ke Gumul, kami akan berkunjung
ke rumah Mas Aziz. Menjemput beliau untuk menemani perjalanan kami malam ini. Di
rumah Mas Aziz kami disuguhi banyak sekali makanan. Aduh, kan jadi enak. Enak banget
malah. Gorengan, onde-onde, juga kerupuk beserta bumbu pecelnya. Boleh dibungkus
dan dibawa pulang lagi. Baik sekali Mas Aziz ini.
![]() |
Mas Aziz (ketua FLP Kediri), Mas Baim (ketua FLP Surabaya), Mas Hendro, Mas Wahyu |
![]() |
Di rumah Mas Aziz |
Setelah berhasil menculik Mas Aziz
dari rumahnya. Kami mampir sebentar di masjid Jami’ di dekat situ untuk
menunaikan salat Magrib. Kemudian baru berangkat ke Gumul. Orang bilang, Gumul
mirip dengan Arch de Triomphe yang
ada di Paris. Anggap saja begitu. Anggap saja kita sedang di Paris. Gumul malam
hari begitu indah. Bercahaya dengan adanya lampu-lampu di gelapnya malam. Ini kali
kedua aku berkunjung. Sebelumnya aku pernah kemari bersama sahabatku Pipit dan
tentu saja Bruno. Oh Bruno, andai saja kamu disini. Aku sudah merindukanmu.
![]() |
Simpang Lima Gumul; Kediri malam hari |
“Pit, kamu di Jombang kan sekarang? Tahu jalan ke Kediri gak? Ayo kita ke Simpang Lima Gumul. Aku ingin sekali kesana,” ucapku pada Pipit lewat telpon.
Saat itu aku sedang galau. Entah apa
yang sedang kugalaukan. Aku lupa. He-he. Aku hanya ingin melaju sejauh-jauhnya
bersama Bruno. Kupacu Bruno dari Surabaya menjemput Pipit di Jombang. Berbekal bismillah aku dan Pipit nekat ke Kediri
tanpa benar-benar tahu arah. Kami hanya mengikuti petunjuk jalan dan bertanya
pada orang-orang yang kami jumpai. Benar-benar nekat. Bahkan kami sempat
tersesat. Meski akhirnya sampai juga di Gumul. Di Gumul kami hanya duduk,
melepas canda dan tawa, bercerita, foto-foto, saling meluapkan isi hati,
meluapkan masing-masing keresahan, lalu kembali pulang. Satu hari yang
menyenangkan.
Malam ini, aku bertemu kembali
dengan Gumul. Sekali lagi kulewati lorong-lorong yang menjadi jalan menuju ke
ikon Kediri itu. di sekitar Gumul banyak sekali orang berjualan. Ah, aku lupa
kalau malam ini malam Minggu. Tentu saja lebih ramai dari biasanya. Selepas dari
Gumul, kami pergi ke tempat Mba Ayu, memenuhi janji untuk datang. Mba Ayu punya
warung. Kami berencana untuk makan malam di sana. Menikmati bebek goreng, ayam
goreng dan lele goreng yang paling enak di Kediri. Sungguh malam yang luar biasa. Hingga sampai
rumah kami istirahat begitu nyenyak. Mengingat besok paginya kami harus
melanjutkan perjalanan untuk mendaki gunng wilis dan menikmati air terjun
Ngelayangan, kami tak boleh tidur terlalu larut.
Selamat malam 30 Januari 2016.
Semoga esok kita bisa berjumpa lagi. Tunggu aku sampai bangun dari tidurku yaaa...
met bobok.
***
masih ada lanjutannya disini :) http://lieberatna.blogspot.co.id/2016/02/dua-belas-perjalanan-tanpa-batas_3.html
masih ada lanjutannya disini :) http://lieberatna.blogspot.co.id/2016/02/dua-belas-perjalanan-tanpa-batas_3.html
Komentar
Posting Komentar
Hai, Kawan. Kamu bisa tinggalkan komentar, bila kamu suka tulisan ini yaaa ... :) Terima kasih sudah membaca.