Selamat Hari Radio Sedunia!
![]() |
Ini radio Ratna, mana radiomu? |
Dari judulnya pasti udah tahu dong hari ini hari
apa? Hari Sabtu! Malam minggu! #eh
13 Februari telah ditetapkan
sebagai hari radio dunia (World Radio Day) oleh UNESCO
sejak tahun 2012. Berarti sekarang udah empat tahun yaaa.
Lho bukannya 11 September ya? Kamu
tidak salah! Karena sebelas September juga hari radio, tapi hari radio nasional
kita. Dimana, untuk kali pertama diresmikannya stasiun radio milik
pemerintah yang kita kenal dengan sebutan RRI (Radio Republik Indonesia). Dengan
slogan RRI yang terkenal, “sekali di
udara, tetap di udara”.
Peringatan hari radio dunia ini
tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya radio dan media serta
memperluas jaringan dan kerjasama internasional antara penyiar radio di dunia.
Radio bahkan sudah tidak asing bagi kita, salah satu alat komunikasi tanpa
kabel yang berhasil bertahan lama pada era perkembangan informasi abad ke-21. Alat
komunikasi yang berhasil menembus ruang dan waktu. Kita harus berterima kasih
nih pada kakek Guglielmo Marconi.
Kakek Marconi sudah berhasil mengembangkan penelitian sebelumnya sehingga
terciptalah sebuah radio. Tentu saja pengembangan terus dilakukan. Hingga saat
ini macam-macam dan bentuk radio semakin beragam.
![]() |
Guglielmo Marconi, 1874-1937, Italia |
Kakek Marconi waktu masih muda
ganteng ya. Bule Itali... hi-hi-hi. Namanya mengingatkanku sama cemilan,
macaroni yaaa... kan kan makanan lagi, jadi pengen nyemil.
Kakek Macaroni, eeeh Kakek Marconi
juga telah berhasil membuat sebagian anggota keluargaku jadi radioholic. Meski sekarang sudah ada MP3
player, kami tetap setia sama radio lho. Denger radio itu seru tau.
Apalagi waktu SMP tahun 2006,
ternyata sekolahku punya radio gitu. Namanya Comed FM. Gak tahu deh sekarang
masih ada apa gak. Selama tiga tahun aku sekolah di sana, tiap malam selalu
dengerin radio. Pasti dengerin musik ya? Bukan! Tiap malam selepas Maghrib dari
pukul 6 sampai pukul 9 siswa-siswa wajib mendengarkan pembelajaran lewat radio.
Eh tapi tetep ada selingan musiknya sih. Jadi gurunya on air gitu di radio, tapi ada juga yang sudah rekaman siangnya. Terus para siswa
berkutat dengan buku dan alat tulis, dengan khidmat
mendengarkan para guru menjelaskan. Dikasih tugas rumah terus dikumpulkan
besok paginya. Materinya bukan tebak judul lagu loh ya, apalagi missing lyric. Tapi terjadwal
matematika, fisika, biologi, dan kawan-kawannya. Tiap tingkat kelas durasi
pembelajaran cukup satu jam saja *sambil goyang itik*. Seru gak sih? Belum lagi
kalau saluran radionya tiba-tiba ilang, ganti suara semut lagi berantem. Hmm sesuatu
deh. Sekadar info nih, sekolahku pukul 6 pagi udah mulai pembekalan. Telat dikit
gerbang udah ditutup. So pasti larinya ke guru ketertiban. Ujung-ujungnya, jogging deh keliling lapangan sekolah. Nah,
yang tugas pembelajaran radionya belum lengkap atau bahkan gak ngerjain, joggingnya bakal lebih lama. Plus dapat poin dari guru ketertiban. Penuh
deh tuh buku poin.
Eh tapi, ada cerita yang lebih seru
loh tentang aku dan radio. Psssttt!...
yang ini belum banyak yang tahu, jangan bilang-bilang ya. Teman-teman SMP dulu
juga gak ada yang tahu. Jadi waktu SMP... pada suatu sore, saat mendung
bergelantungan di langit. Burung-burung kembali ke peraduan. Rumput-rumput
bergoyang. Etdah... kebanyakan intro
deh.
Singkat cerita, gak sengaja aku sama
temenku main-main ke sekolah sore hari. Ya... itu tadi, karena sekolah punya
studio radio, jadi sampai malem tetep buka. Lha kok ketemu sama Pak Pri, guru
lingkungan hidup yang juga penanggung jawab studio radio. Katanya kebetulan,
salah seorang penyiar mendadak izin. Eh beliau nawarin aku sama temenku jadi
penyiar radio dadakan. Wah, kaget, bahagia, takut, penasaran kumpul deh jadi
satu. Waktu itu, jadi penyiar radio merupakan hal yang wow di sekolahku. Jadi penyiar
radio itu keren, famous tingkat
sekolah. Akhirnya mau juga deh aku sama temenku itu jadi penyiar. Biar makin
kece ala penyiar-penyiar radio, kupakai nama samaran. Sekaligus biar gak ada
yang ngenalin. Aku kan orangnya pemalu, meski sekarang banyak malu-maluinnya.
Sayangnya aku lupa, dulu nama samaran apa ya yang kupakai. Udah lama banget sih
itu. Ternyata agak ribet juga. Gak hanya ngomong cuap-cuap, tapi juga harus
menanggapi pesan yang masuk. Belum lagi mengoperasikan komputer buat muter lagu.
Telpon yang berdering. Sumpah ribet jadi penyiar amatiran. Setelah kejadian
itu, aku semacam ketagihan gitu jadi penyiar radio. Tapi sepak terjangku gak
panjang. Cukup tiga kali saja...
ha-ha-ha. Karena orang tua tak merestui, apalagi kalau siaran malam. Kan waktu
itu masih belia banget, unyu-unyu, dan rumah juga jauh, gak ada yang antar. Jalanan
gelap. Takut diculik kalau malam. Lengkap sudah. Pas tiga kali kan, sunnah
Rasul. Itu pengalaman yang luar biasa.
Yep, selamat hari radio sedunia! Salam
untuk para penyiar radio yang kece badai. Meski rupa tak nampak, suara tetap
ditunggu-tunggu para pendengar. Salam Radio!
Komentar
Posting Komentar
Hai, Kawan. Kamu bisa tinggalkan komentar, bila kamu suka tulisan ini yaaa ... :) Terima kasih sudah membaca.