Mengenal Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Di Abad
ke-21 kehidupan mulai memasuki masa millenium ketiga, tempat di mana pendidik
dan pembelajar berada. Banyak sekali masalah dalam pendidikan yang membutuhkan
solusi beserta cara mengatasinya. Abad 21 merupakan abad di mana kehidupan
sudah mulai menyatu dengan kecanggihan teknologi. Pengetahuan, industri,
pendidikan, bisnis, ekonomi dan budaya berkembang dengan pesat. Sebagai manusia
yang hidup di masa yang serba cepat ini, kreativitas dan inovasi sangat
dibutuhkan. Persaingan antar negara dalam bidang pendidikan pun semakin cepat
seiring perkembangan teknologi yang semakin cepat pula. Tidak hanya itu, kita
juga harus mampu membaca dan memetakan peluang. Bahkan kita seharusnya sudah
mampu menciptakan peluang. Terus mengasah skill
dan mengubah cara berpikir di tengah-tengah revolusi digital.
Teknologi
tidak hanya menambah sesuatu, tetapi juga mengubah segalanya. Termasuk bagaimana
mengubah sistem pendidikan menjadi lebih inovatif bahkan kreatif. Pebelajar,
pembelajar dan pembelajaran merupakan satuan pendidikan. Di mana ketiganya
harus berjalan beriringan agar tercipta tujuan pembelajaran yang baik serta
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Guru atau pendidik merupakan
arsitek pendidikan, desainer pendidikan. Guru harus mampu mengimbangi revolusi
digital. Di mana anak-anak merupakan generasi digital di abad sekarang ini.
Anak-anak mulai bertransmigrasi menjadi penduduk dunia maya, sedangkan orang
dewasa sebagai imigran. Guru harus mampu menciptakan inovasi pembelajaran
dengan menggunakan sumber yang tak terbatas.
Kita
tak perlu sepenuhnya khawatir terhadap pesatnya teknologi saat ini. Tak perlu
terlalu banyak berpikir sisi negatifnya, justru kita dapat menggunakan dan
memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin di dalam proses pembelajaran. Sebagai
contoh sederhana, rata-rata sekolah melarang penggunaan ponsel di ruang kelas.
Namun masih saja ada siswa yang secara sembunyi-sembunyi menggunakan ponselnya
saat pembelajaran berlangsung. Nah, dari kasus di atas sebenarnya kita bisa
menciptakan inovasi pembelajaran. Pendidik tidak harus seratus persen melarang
siswanya menggunakan ponsel. Tetap beri batas kewajaran penggunaan ponsel di
kelas. Memang ponsel tidak digunakan untuk berkomunikasi yang kurang jelas saat
proses pembelajaran berlangsung, tapi gunakan ponsel untuk mengakses sumber
data yang diinginkan. Misal, sesekali pendidik meminta siswanya untuk mencari
informasi tidak hanya dari buku saja tetapi juga bisa dari internet. Dari hal
tersebut, siswa dapat belajar membandingkan, memanfaatkan teknologi dengan
semestinya, mendiskusikan hasil pencariannya, juga membahas apa saja yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran tetap menyenangkan, arus
teknologi berjalan sewajarnya, siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.
Cara
lain juga dapat digunakan terhadap siswa yang terbatas dengan gadget. Pendidik
dapat memanfaatkan sosial media atau blog untuk media pembelajaran. Memberikan contoh
dan memantau siswanya untuk memanfaatkan sosial media dengan baik. Misalnya, tugas
yang diberikan guru dapat diunggah ke blog siswa. Selain membiasakan siswa
menulis dan membaca, juga agar siswa bisa melek
teknologi. Pakai gadget di sekolah tetap ada waktunya. Rules must clear! Mulai ubah paradigma lama dengan mengambil sisi positif
dari teknologi. Mulai menjadi desainer pembelajaran yang tidak hanya inovatif,
tetapi juga kreatif.
Setiap
pendidik memang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Namun sebagai pendidik
dituntut untuk bersungguh-sungguh dan memahami karakter siswa yang dihadapinya.
Guru bukan hanya sekadar mengajar. “Ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” pesan Ki
Hajar dewantara, di depan memberi contoh, di tengah memberi motivasi, di
belakang memberi dorongan.
Nice article. Really! Keep go on..
BalasHapusthank you for coming here, :)
HapusThanks for the article... sangat membantu.
BalasHapussama-sama Kak
Hapus