Sinopsis Film Pesantren Impian
Briptu Dewi mendapat tugas menyamar
sebagai Eni – seorang pecandu narkoba yang sudah overdosis (OD) dua kali. Sepuluh perempuan terpilih mendapat
undangan rahasia menuju Pesantren Impian yang terletak di sebuah pulau yang
terpencil. Eni, Inong, Sissy, Sri, Ita, Rini, Yanti, Butet, Iin dan Tanti. Pesantren
Impian dibangun untuk memberi kesempatan kedua bagi perempuan-perempuan dengan
masa lalu yang kelam. Sesampai di Pesantren, mereka disambut oleh Dokter Alya.
Semua barang bawaan yang dianggap mengganggu selama di pesantren, disita. Para
perempuan itu adalah mantan pekerja prostitusi online, model, wanita panggilan,
pecandu narkoba, dll. Di pesantren tersebut juga ada ustad Agam dan ustadzah
Hanum yang akan membimbing soal agama akidah dan akhlak selama di pesantren. Ustad Agam berharap masa
lalu mereka berakhir ketika mereka sampai di pesantren. Tata tertib pesantren
yang harus dipatuhi. Para perempuan itu mendapat kamar di pesantren. Satu kamar
untuk dua orang. Eni sekamar dengan Inong. Inong adalah asisten pribadi Sissy,
seorang artis terkenal yang juga pernah menjalani bisnis prostitusi online.
Para santriwati berkumpul di suatu
ruangan. Suasana tiba-tiba menjadi gelap. Ternyata listrik di pesantren hanya
menyala sampai pukul sembilan malam. Setelah itu penjaga pesantren menyalakan
lampu dengan menggunakan mesin jenset.
Ustad Agam mengenalkan pendiri
pesantren pada para santriwati, yaitu Gus Budiman dan asistennya Pak Umar yang memiliki
luka bakar di tangannya. Setiap tahun pesantren ini merekrut santriwati
berdasarkan pengamat dari para relawan. Pihak pesantren memilih 25 orang saja
dari setiap angkatan dan biasanya hanya 10-15 orang yang bisa memenuhi
undangan. Pesantren ini dibangun untuk memberikan kesempatan kedua pada
orang-orang yang memiliki kehidupan kelam, agar mereka bisa menjadi
sebaik-baiknya manusia dan berguna bagi sesamanya. Pesantren ini hanya untuk
perempuan. Karena menurut Gus Budiman, perempuan memiliki peran penting, yaitu
kelak akan menjadi ibu. Ibu memiliki kedudukan yg sangat mulia dalam islam.
Memiliki hak yang sama untuk bertaubat. Meraih impian, untuk kesempatan yang
kedua kalinya. Itulah mengapa dinamakan pesantren impian. Para santriwati tak
hanya belajar dan beribadah tapi juga bersilaturrahmi, menjaga persaudaraan dan
kekeluargaan. Gus Budiman berharap, begitu santriwati keluar dari pesantren ini
dapat menjadi manusia yang dekat dengan Allah.
Saat para santriwati sedang berkumpul. Tiba-tiba si
Mbok yang bekerja di pesantren melapor bahwa pisaunya hilang.
Sementara di musalla, Inong sedang
mengaji. Tiba-tiba Tanti datang dan melihat Inong. Kemudian Tanti pergi dari
musalla. Di tengah perjalanan, Tanti bertemu dengan Pak Umar dan penjaga
pesantren. Pak Umar lalu berpesan satu hal pada Tanti. Tanti adalah seorang
pecandu narkoba.
“Tanti,
kamu bisa bersih, saya yakin. jangan tergoda lagi ya”
Tanti kemudian masuk ke dalam
toilet, mencari rokok yang ia simpan di bawah pot bunga. Anehnya koreknya
hilang. Kemudian Tanti melihat lubang kecil di pintu yang bertuliskan lubang
kematian. Tanti penasaran umtuk mengintip ke dalam lubang itu. Tiba-tiba ada
sosok misterius yang lewat. Kemudian sesosok misterius itu melempar korek ke
arah Tanti dari bawah pintu. Dan sosok misterius itu mulai mendekati Tanti.
Pesantren mulai ribut dan dikagetkan dengan ditemukannya mayat Tanti di kamar mandi dengan jarum yang menancap di lengannya. Semua berkumpul tapi tak ada yang berani mendekat. Kemudian Inong datang. Mendekati mayat Tanti. Mengambil tisu dan mengambil jarum yang masih tertancap di lengan Tanti dengan tisu tersebut. Gerakannya sangat cekatan. Dan hal itu membuat Eni menjadi curiga bahwa Inong merupakan tersangka pembunuhan di hotel kristal yang sedang dicarinya. Pembunuhan pertama telah terjadi di pesantren.
Pesantren mulai ribut dan dikagetkan dengan ditemukannya mayat Tanti di kamar mandi dengan jarum yang menancap di lengannya. Semua berkumpul tapi tak ada yang berani mendekat. Kemudian Inong datang. Mendekati mayat Tanti. Mengambil tisu dan mengambil jarum yang masih tertancap di lengan Tanti dengan tisu tersebut. Gerakannya sangat cekatan. Dan hal itu membuat Eni menjadi curiga bahwa Inong merupakan tersangka pembunuhan di hotel kristal yang sedang dicarinya. Pembunuhan pertama telah terjadi di pesantren.
Eni menemui Gus Budiman. Meminta
izin untuk menangkap Inong setelah menjelaskan hasil penyelidikannya. Identitas
Eni sebagai seorang polisi akhirnya diketahui oleh penghuni pesantren lainnya.
Akhirnya Inong ditangkap dan dikurung di sebuah ruangan. Eni menjaga ruangan
penyekapan setiap waktu, sampai ustadzah Hanum datang membangunkannya untuk
salat Subuh.
Keputusan Eni untuk mengurung Inong
secara tergesa-gesa disayangkan oleh Gus. Butet bertemu dengan Pak Umar ketika
hendak meminta izin untuk bertemu dengan Gus Budiman. Butet merasa bersalah
atas kematian Tanti. Butet berpikir Tanti meninggal karena barang – narkoba –
yang dia bawa. Namun Pak Umar tidak mengizinkan karena Gus Budiman baru saja
istirahat.
“Butet,
itu bukan kesalahan kamu. Dan kalau bisa bertahanlah lebih lama di sini dulu.
Saya pingin kamu pulang dengan keadaan menjadi orang yang lebih baik.”
Butet kemudian pergi meninggalkan
Pak Umar setelah mengucapkan salam. Butet bertemu dengan si gendut Ita yang
sembunyi-sembunyi makan di kamar mandi.
Pagi harinya, Bu Dokter menemukan sebuah koper yang
berisi mayat Butet. Pembunuhan kedua terjadi kembali. Kasus kematian Butet
sengaja disembunyikan dari santri lain untuk mencari pembunuh sebenarnya.
Santri yang lain akhirnya menjadi takut karena kasus pembunuhan pertama dan
kasus butet yang masih mereka anggap hilang dari pesantren. Mereka mengira
Butet melarikan diri dari pesantren.
Eni mencurigai Sri – wanita
panggilan, sering terlibat kasus pengeroyokan- karena koper yang digunakan
adalah koper Sri. Sri teman sekamar Butet. Akhirnya Sri dimasukkan ke ruang
penyekapan juga bersama Inong.
Dalam suasana yang semakin kalut, Rini yang sedang
hamil tiba-tiba perutnya sakit. Yanti menawarkan diri untuk menjaga Rini. Saat
di luar kamar Rini, Yanti bertemu dengan Pak Umar dan menceritakan tentang
keadaan dirinya. Bahwa Yanti sebenarnya juga ingin Hamil seperti Rini. Yanti
pernah mendapat vonis dari dokter, bahwa dirinya tidak akan pernah bisa hamil.
“Saya yakin suatu hari nanti akan menjadi ibu
yang hebat”. Pak Umar, berusaha menyemangati Yanti.
Setelah memberikan makanan pada
Rini. Yanti mencuci piring di dapur. Tiba-tiba lampu mati hidup mati hidup. Jenset juga tak bisa dinyalakan. Sosok
misterius itu datang lagi. Terdengar suara jeritan dan Yanti tiba-tiba
menghilang dari pesantren.
Santri lain mulai khawatir karena
hilangnya Yanti. Sissy takut dan terus memaksa Inong agar ikut pulang
dengannya. Iin juga terus mendesak Rini agar ikut pulang, karena sudah merasa
gak kuat dan takut dengan keadaan pesantren yang semakin mencekam.
Di hari berikutnya, jasad Yanti ditemukan di
pekarangan makam masih di area pesantren sambil memeluk sebuah boneka. Eni
semakin bingung mencari siapa pembunuh yang sebenarnya. Ustadzah Hanum mendatanginya sambil memberinya kado ulang
tahun berupa Al-qur’an. Bertemu ustdzah Hanum, Eni merasa kembali bertemu
dengan almarhumah ibunya ada di sosok ustadzah Hanum. Ustadzah Hanum tak pernah
berhenti mengingatkan Eni untuk terus salat.
Setelah meninggalkan Eni. Ustadzah
Hanum bertemu dengan Pak Umar. Pak Umar menyampaikan permintaan maaf pada
ustadzah Hanum atas semua kejadian yang terjadi di Pesantren. Sebagai relawan
yang mengajar di pesantren ustadzah Hanum tetap sabar dan mendoakan para
santriwati yang telah tiada agar khusnul khotimah.
“InsyaAllah
Ustadzah, InsyaAllah khusnul khotimah.” Pak Umar meng-aamiin-kannya.
Ustadzah Hanum kembali ke kamarnya.
Beliau hendak melaksanakan salat. Tapi saat berwudhu, kran air mulai
bermasalah. Airnya mengalir, kemudian berhenti, mengalir lagi, berhenti lagi.
Saat sedang salat di kamarnya, sosok misterius datang lagi. Sosok itu menarik
ustadzah Hanum yang sedang salat ke bawah ranjang kamarnya.
Keesokan paginya, Eni mencari
ustadzah Hanum di kamarnya. Eni histeris. Eni menemukan jasad ustadzah Hanum di
atas ranjang dan sudah dibungkus rapi dengan kain kafan. Eni mengamuk. Merasa
kalah karena belum berhasil menangkap pelaku pembunuhan yang sebenarnya.
Penghuni pesantren yang lain juga ikut khawatir. Suasana pesantren semakin
mencekam dan menakutkan. Pembunuhan keempat telah terjadi.
Pak Umar dan Gus Budiman juga
bingung dengan keadaan pesantren. Gus Budiman merasa gagal, pesantren yang
harusnya menjadi tempat berhijrah, justru menjadi tempat pembantaian. Gus
Budiman hendak memulangkan semua santri ke tempat asalnya. Sementara Eni mulai
curiga terhadap Pak Umar. Karena setiap korban selalu bertemu Pak Umar sebelum
akhirnya mereka meninggal.
Inong dan Sri akhirnya dibebaskan
dari ruangan dimana mereka dikurung. Eni meminta maaf pada Inong. Gus Budiman juga mencurigai
seseorang. Seseorang yang pernah dekat dengan Pak Umar. Tapi Pak Umar
menghentikan pembicaraan mereka.
“Udah
jangan banyak mikir Gus, istirahat dengan tenang Gus.”
Saat pagi hari, Eni melihat Pak Umar bersedih. Pak
Umar berada di samping Gus Budiman yang sudah tak bernyawa di atas ranjang
sambil memeluk nisan bertuliskan Gus Hasan. Eni curiga.
Hasan Budiman adalah nama lengkap
dari Gus Budiman. Ternyata beliau adalah paman dari Pak Umar. Dan yang
sebenarnya membangun pesantren impian adalah Pak Umar. Di tembok kamar Gus
Budiman terdapat banyak tulisan yang ditulis besar, yang merupakan kata-kata
terakhir yang pernah diucapkan Pak Umar sebelum para korban meninggal.
Tanti, kamu bisa bersih – Butet, menjadi
orang yang lebih baik – Yanti, ibu yang hebat - Ustadzah, InsyaAllah khusnul khotimah - Gus, istirahat dengan tenang
Semua korban meninggal karena
kata-kata terakhir dari Pak Umar.
Eni menunjukkan sebuah foto Pak Umar dan seorang
perempuan yang bernama Jane. Eni menanyakan siapa Jane kepada Pak Umar.
Ternyata Jane adalah tunangan Pak Umar yang meninggal akibat kebakaran di hotel
kristal. Pak Umar menyesal karena tidak dapat menyelamatkan Jane saat
kebakaran. Hingga akhirnya Pak Umar mendirikan pesantren Impian, yang bertujuan
untuk memberikan kesempatan kedua untuk orang-orang yang ingin bertaubat, yang
sebenarnya tujuan didirikan pesantren itu merupakan kesempatan kedua bagi Pak
Umar sendiri.
Tiba-tiba sesuatu terjatuh dari
atap kamar Gus Budiman. Eni dan Pak Umar akhirnya naik ke atap tersebut.
Di bawah genteng itu terdapat kasur dan barang-barang, seperti ada seseorang
yang menghuni di atap tersebut. Pisau si Mbok yang hilang juga berada di
atap itu. Dari atas, Eni dan Pak Umar bisa melihat keadaan di kamar Gus
dan ruangan para santri belajar melalui lubang.
Eni dan Pak Umar akhirnya
mengumpulkan semua penghuni pesantren dan mengajak mereka semua masuk ke dalam
bis dan berusaha meninggalkan pesantren. Saat semua masuk ke dalam bis,
tiba-tiba ada seseorang berpakaian serba hitam maju ke bangku supir dan
mengendalikan bis. Semua orang kaget. Pak Umar yang tertinggal di luar bis
melihat wajah dari sosok tersebut dan langsung mengenalinya. Jane! Pak Umar tak
percaya bahwa Jane masih hidup. Dari dalam bis, Eni berusaha menghentikan Jane.
Eni mendorong Jane sampai akhirnya Jane jatuh ke dalam jurang dan terbentur
batu.
Eni akhirnya berhasil menyelamatkan
bis dan para penumpang, kemudian membawa mereka semua kembali ke tempat asal
mereka masing-masing. Pak Umar mencari jasad Jane. Tapi tidak ditemukan. Pak
Umar hanya menemukan batu yang berlumuran dengan darah.
Eni kembali bertugas di kantornya. Eni dinyatakan
berhasil menyelesaikan tugas. tidak hanya sekadar bertugas, tetapi juga beribadah. Namun pelaku kejahatan – Jane – jasadnya
menghilang. Tidak hanya itu, pulang dari pesantren, Eni semakin rajin
beribadah. Namun, pada suatu malam saat ini sedang salat, tiba-tiba suasana
berubah menjadi menyeramkan. Ada sosok misterius yang mengintai Eni dari luar
jendela kamarnya....
Bagus banget sinopsis filmnya , lengkap dan detail . Kereeeen . Semangat terus kaka
BalasHapusTerima kasih ya :) salam kenal.
HapusEndingnya gmn si Eni pas sholat koq masih buat penasaran
BalasHapusFilm macam apa ini? Serba tidak jelas dan tidak nyambung alur ceritanya. Film ini dibuat sangat buru-buru tidak detail dan sangat mengambang. Film luar negeri masih bisa dinalar dan logis dan antara kejadian dibuat cukup detail, runtut dan sistematis dan penonton seolah2 akan diajak dalam cerita untuk.memainkan emosi dan imajinasi.
BalasHapusFilm ini sangat buruk dan tidak bisa di bilang film tetapi lebiu ke arah senitron televisi seperti FTV Misteri dimana seharusnya film disusun secara ekslusif dengan alur cerita yang runtut, jelas, padat sekalipun ada kejadian misteri tetapi bisa dinalar secara logis dan tidak terburu-buru penyelesaiannya dan pecah2an cerita antara satu kejadian dengan kejadian yang lainnya saling berkaitan meskipun tidak diadegankan tetapi penonton bisa menyimpulkan bebas dari akhir sebuah film.
Kiranya jika.membaca novelnya bagus ceritanya runtut tetapi jika difilmkan menjadi sangat buruk hasilnya karena terburi2 buru dan tidak disusun secara apik dan logis.
Setuju, jd sy yg sbg penonton bingung. Alesannya dibunuh knp? Kelanjutannya gmn ? Hah
Hapus