Lima Tanda Cinta dari FLP
![]() |
Forum Lingkar Pena |
Jika
kau telusuri tiga huruf “FLP“ pada mesin pencarian di internet, maka akan kau
temukan banyak penjelasan tentang makna dari ketiga huruf itu. Begitulah kemudahan
mendapatkan informasi di era saat ini. Berbekal kuota atau bahkan wifi gratis
yang mudah didapatkan dimana-mana, kau bisa berseluncur di dunia maya tanpa
batas. Termasuk mencari
informasi tentang FLP. FLP sendiri adalah akronim dari Forum Lingkar Pena. Sebuah
organisasi kepenulisan yang lahir pada 22 Februari 1997. Organisasi yang
didirikan dengan tujuan membagi seberkas cahaya bagi orang-orang yang menganggap
kegiatan menulis adalah bagian dari ibadah, sebagai dakwah bil qalam, serta membuat karya-karya yang
mencerahkan dan menginspirasi.
Tahun 2014 silam adalah sebuah anugerah bagiku bisa
bertemu dengan FLP. Lewat FLP aku mejemput hidayah. Lima tahun lebih aku
membaur dengan lingkungan FLP, dan sudah banyak cinta yang kudapatkan. Jika cinta
hanya sekadar kau maknai bertemunya perasaan antara dua insan yang dimabuk
asmara, maka begitu sempitnya makna cinta bagimu. Cinta adalah nikmat terindah
dari-Nya, sebuah anugerah yang luas maknanya. Rabb kepada makhluk-Nya adalah
cinta. Orangtua kepada buah hatinya adalah cinta. Aku kepada FLP juga cinta,
pun begitu sebaliknya. Jadi akan kutunjukkan padamu 5 tanda cinta dari FLP,
sedikit tanda cinta dari banyaknya tanda cinta yang telah kudapatkan dari FLP.
Tanda Cinta Pertama: FLP adalah Rumah
Sejauh
apa pun berada, rumah adalah tempat untuk kembali pulang. Tempat yang paling
nyaman, tempat yang akan menjadi saksi bisu atas segala keluh kesah dan segala
cerita kehidupanmu. Bagiku, FLP juga bagian dari rumahku. Di FLP aku menemukan
banyak hal yang membuat nyaman, seperti di rumah sendiri. Ada rasa bahagia saat bertemu dengan anggota FLP lainnya, baik untuk diskusi atau pun sekadar curhat masalah sepele. FLP adalah rumah kedua bagiku. Ada banyak hal yang bisa kudapatkan dan kubagi di sini.
Tanda Cinta Kedua: Belajar Menghargai
Waktu
Sebelum
di FLP, aku pernah bergabung di beberapa komunitas maupun organisasi yang
isinya adalah orang-orang dengan berbagai macam latar belakang dan kesibukan. Tentu
saja kesibukan mereka tidak hanya berorganisasi dan akhirnya waktu mereka harus
terbagi-bagi. Sehingga kadang saat menghadiri beberapa rapat atau kegiatan,
banyak sekali alasan untuk terlambat. Acara yang telah direncanakan, pada
kenyataannya harus diundur karena menunggu orang-orang yang tak bisa tepat
waktu. Tidakkah menurutmu itu sebuah hukuman untuk orang yang sudah datang
tepat waktu? Kali pertama aku bergabung di FLP Surabaya. Contoh kecil
saja, kegiatan yang kuikuti selalu dimulai sesuai jadwal yang direncanakan. Rapat
dimulai sesuai waktu yang disepakati, berapa pun orang yang hadir saat itu. Di
FLP Surabaya bahkan diterapkan hukuman sebagai efek jerah untuk anggota yang
terlambat menghadiri acara tanpa izin syar’i, yaitu menulis istighfar sebanyak
sepuluh kali menit yang mereka lewatkan. Terlambat satu menit berarti harus menulis sepuluh kali istighfar dan
dikumpulkan di hari itu juga. Tidak mengumpulkan target tulisan pekanan dengan
tepat waktu, akan didenda mengumpulkan satu buku bacaan. Awalnya memang terasa
berat, namun pada akhirnya aku sadar bahwa setiap tindakan selalu diikuti hak
dan kewajiban serta konsekuensi yang harus kita jalani. Intinya kita akan
belajar disiplin dan menghargai waktu. Karena waktu tidak akan pernah berputar
kembali. Berkat kedisiplinan yang sudah diterapkan dengan baik oleh anggota
FLP, kini aku jadi anti lelet.
Tanda
Cinta Ketiga: Buku
adalah Teman
FLP
adalah organisasi kepenulisan, sehingga setiap jengkal yang dijalani juga tidak
akan jauh-jauh dari buku. Memang benar istilah buku adalah jendela dunia. Kita
dapat menemukan banyak informasi dari buku yang kita baca. Buku juga tak kalah dengan internet. Menurutku,
keberadaan buku akan tetap eksis sepanjang masa. Beberapa kali aku mengikuti
event yang diselenggrakan oleh FLP Jawa Timur, yaitu Reading Challenge. Salah
satu program kerja yang bagus menurutku. Kami membaca buku dengan tema yang
berbeda-beda setiap pekannya. Kami juga saling bertukar buku antar
anggota FLP se-Jawa Timur. Bahkan
kami juga ada agenda pekanan diskusi tentang buku. Di FLP Surabaya sendiri,
setiap akhir bulan diadakan program bedah buku. Hingga akhirnya aku bisa berteman
baik dengan buku. Aku jadi rajin membeli dan membaca buku. Mengunjungi
perpustakaan. Dan juga lebih menghargai keberadaan buku-buku di sekitarku. Bahkan aku memiliki buku yang kutulis sendiri. Teman-temanku di FLP pun demikian. Aku juga senang sekali membaca karya-karya mereka. Dan beberapa dari kami yang mungkin dulunya khilaf karena tidak tahu dan sempat membeli buku bajakan, kini akhirnya sadar betapa perjuangan untuk membuat sebuah buku dari memunculkan ide hingga menjadi sebuah buku adalah proses perjalanan yang luar biasa. Jadi jangan sekali-kali membeli buku bajakan. Mari belajar menghargai sebuah karya.
Tanda
Cinta Keempat: Menulis untuk Mencerahkan
Tak hanya jadi rajin membaca, dengan bergabung di FLP aku
juga belajar menulis. Sejak kecil aku suka menulis, tapi untuk diriku sendiri. Aku
tidak percaya diri untuk menunjukkan tulisanku kepada orang lain. Namun sejak di
FLP, aku belajar bagaimana menulis dengan baik, dan bagaimana sebenarnya
tulisan kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Setiap yang kita tulis juga
harus dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun di akhirat. Coba bayangkan,
mungkin suatu ketika ada seseorang yang telah ditakdirkan untuk bertemu dan
membaca buku yang telah kita tulis, lalu orang itu tergerak untuk selalu
berbuat kebaikan setelah membaca buku kita. Maka hal tersebut akan menjadi amal
jariyah bagi kita. Itulah yang disebut menulis untuk mencerahkan. Hal ini juga
berlaku sebaliknya, apabila tulisan kita justru menjerumuskan kepada hal yang
tidak baik.
Tanda
Cinta Kelima: Tempat Orang-orang Baik
Sebenarnya banyak sekali orang-orang baik di muka bumi
ini. Namun Rabb menakdirkanku salah satunya adalah bertemu orang-orang baik di
FLP. Orang-orang yang mengedepankan sopan dan santun dan selalu mengajak kepada
kebaikan tanpa menggurui, tapi langsung memberi contoh. Memberi nasihat secara
pribadi jika kami melakukan hal yang kurang benar. Orang-orang yang
mencerminkan bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap. Sebenarnya tentang
FLP ini juga pernah kubahas di tulisanku sebelumnya, tentang “Aku dan FLP“. Teruslah berbakti, berkarya, berarti Forum Lingkar Pena.
![]() |
Saat MUNAS IV FLP di Bandung |
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog dari Blogger FLP pada rangkaian Milad FLP 22 tahun
Aku juga cinta kamu, Na😘🤣
BalasHapusBtw itu pas Munas, fotoku di sebelah mana? Hahaha
alih-alih ikut foto, kamu yang pegang kamera paling, Mba. Hehe.
HapusAkhirnya mampir sini, Mbak Na.. hehehe.
BalasHapus