Masjid Tanpa Jamaah
![]() |
foto oleh umi lidya |
Ramadan selalu menjadi bulan yang dinanti-nantikan umat
muslim di seluruh dunia. Bulan penuh berkah, di mana segala bentuk kebaikan dilipatgandakan oleh Allah Yang Mahakuasa. Bermacam-macam
kegiatan positif dapat kita lakukan saat Ramadan. Seperti bersedekah, berbagi
dengan sesama. Masjid-masjid pun
menjadi lebih ramai dari biasanya karena ibadah yang hanya bisa dilakukan
selama bulan Ramadan, yaitu tarawih dan tadarus Alquran. Namun Ramadan tahun
ini begitu berbeda. Datangnya wabah corona yang akhirnya menjadi pandemi di
dunia, mengharuskan pemerintah melakukan kebijakan tertentu. Wabah dari virus
kecil tak kasat mata yang bisa mematikan mengancam kegiatan masyarakat.
Penularan yang cepat dan tak terdeteksi dengan mudah, mengharuskan orang-orang
untuk tetap di rumah saja. Segala bentuk yang melibatkan perkumpulan orang
banyak ditiadakan. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
memutuskan kebijakan untuk menghindari kegiatan kerumunan termasuk beribadah di
masjid.
Tentu
saja kebijakan itu mengalami pro dan kontra. Tak sedikit pula pengurus masjid
yang awalnya menolak “mengosongkan” masjid, apalagi di bulan Ramadan. Namun
semakin lama, pandemi ini tak kunjung selesai. Semakin banyak korban yang berjatuhan.
Banyak berita mengenai orang-orang yang terkena virus corona dari berbagai kota
di Indonesia. Virus yang tak memandang tua atau muda. Bahkan orang yang terlihat
sehat, bisa jadi telah terinfeksi virus ini. Mau tidak mau, kebijakan harus
kita ikuti demi kebaikan bersama. Tentu saja kebijakan tersebut tidak dibuat
dengan main-main. Bahkan masjid-masjid besar di berbagai penjuru kota telah
banyak yang mengikuti arahan dari MUI. Ada beberapa awalnya yang tetap
melakukan salat berjamaah di masjid, namun tetap harus sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP). Sebelum masuk ke masjid, harus menjalani berbagai
rangkaian kegiatan seperti cuci tangan dengan benar atau penyemprotan
desinfektan. Pemerikasaan rapid test, shaf
yang biasa rapat harus diberi jarak, memakai masker, dan lain sebagainya.
Azan
tetap berkumandang. Namun tak lagi banyak. Masjid masih berdiri kokoh, meski
tanpa jamaah. Orang-orang tetap dihimbau untuk melakukan salat berjamaah di
rumah bersama keluarga. Masjid tak lagi ramai saat Ramadan. Tak ada tarawih
atau tadarus Alquran di masjid. Semua dilakukan di rumah masing-masing, demi
mencegah penyebaran virus corona agar tak semakin meluas. Di tengah pandemi,
kita justru harus bisa melakukan penyesuaian dengan baik agar nilai ibadah kita
tak berkurang dan penyebaran wabah corona ini bisa berkurang atau bahkan
berhenti.
Meskipun
Ramadan tahun ini kita tak bisa melakukan buka bersama teman-teman di luar
rumah, tarawih dan tadarus di masjid, itikaf sepuluh hari terakhir Ramadan,
malam nuzulul Quran, sahur on the road, bagi-bagi
takjil, dan lain sebagainya, tetapi semangat Ramadan kita tak boleh surut.
Jadikan puasa kita sebagai momentum untuk memperkuat diri dan iman. Dengan
adanya gerakan di rumah saja, justru harus kita manfaatkan semaksimal mungkin.
Semua musibah pasti ada hikmahnya. Masjid tanpa jamaah memang telah menjadi
fenomena yang mengkhawatirkan, namun ada yang lebih mengkhawatirkan dari
hal itu, yaitu apabila kita telah berhenti beribadah. Tak bisa salat jamaah di
masjid, bukan menjadi alasan untuk tidak beribadah. Masih ada banyak hal yang
bisa kita syukuri, termasuk masih diberikan kesempatan bertemu Ramadan di tahun
ini. Kemudian yang harus dilakukan adalah terus melakukan yang terbaik sesuai
arahan pemerintah dan terus berdoa agar pandemi corona virus ini cepat berlalu.
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang gemar menyalahkan orang lain,
sementara diri tak bisa memberi solusi. Masih ada banyak hal bermanfaat yang bia
kita lakukan di Ramadan tahun ini. Mari tetap sambut Ramadan dengan suka cita.
#BERSEMADI_HARIKE-1
#InspirasiRamadan
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#Ratnawa
Komentar
Posting Komentar
Hai, Kawan. Kamu bisa tinggalkan komentar, bila kamu suka tulisan ini yaaa ... :) Terima kasih sudah membaca.