Menuju Akad Tak Sekadar Punya Tekad
April
lalu saya ikut PO (Pre Order) bukunya Mbak Syilviya Romadika yang
terbaru, Mendekap Harap Menuju Akad. Dua teman saya yang di
Mojokerto juga ikut PO. Setelah beberapa pekan, dua teman saya mengabarkan
kalau buku sudah datang di rumah masing-masing. Buku saya belum sampai di
Surabaya. Oh mungkin karena ada PSBB, jadi pengiriman terlambat, pikir saya. Oke,
sabar. Sampai beberapa hari menunggu, teriakan “Pakeeet” di depan pagar rumah
tak kunjung terdengar. Ternyata setelah dikonfirmasi, saya hanya menuliskan
alamat pengiriman tanpa menuliskan nama kota, dan adminnya pembelian buku
inisiatif menuliskan kota tujuan Mojokerto, haha. Akhirnya paket dikembalikan
ke pengirim, karena alamat tak terdeteksi di Mojokerto. Barakallah mimin Zul
Bookstore, semoga sehat selalu, maafin saya yang kurang teliti, hehe. Ini
kali ketiga drama pembelian buku yang saya alami. Tapi syukur alhamdulillah,
kemarin lusa buku akhirnya datang juga. Pagi ini mumpung tanggal merah, saya
sempatkan membacanya. Karena biasanya meski di rumah saja, masih harus tetap
mengajar dan membuat soal untuk siswa secara daring. Waktu membaca jadi tak
terlalu luang.
Apalagi setelah mendapatkan bukunya, teman
saya, Putri, mengabari. “Mbak Na, bukunya Mbak Syilvi sudah kubaca, bukunya
bikin perasaanku campur aduk, sampai nangis aku bacanya.” Begitu yang dia
sampaikan. Otomatis diri ini jadi penasaran. Langsung pagi tadi saya selesaikan
baca buku Mbak Syilvi dalam sekali baca. Butuh dua jam untuk bisa
menyelesaikannya. Memang benar kata teman saya, isi buku ini sangat mengaduk
perasaan. Mungkin karena yang baca jomlo alias masih dalam
tahap ikhtiar menjemput jodoh. Hehe. Karena buku ini bertema tentang
proses menuju pernikahan, seperti judulnya.
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Satoe,
cetakan pertama, April 2020. Tebalnya 160 halaman. Berisi 13 bab plus prolog
dan epilog yang membahas tentang kisah inspiratif seputar pernikahan. Mulai
dari proses penantian, proses menuju akad, hingga kehidupan setelah pernikahan.
Bagi saya pribadi,
membaca bab-bab awal di buku ini seperti membaca kisah saya sendiri, hehe. Banyak
miripnya, haha entahlah. Jadi mengenang sebentar kisah masa lalu yang pernah
singgah. But life must go on.
Mbak
Syilviya menuliskan kisah hidupnya dengan sangat apik, sehingga banyak hikmah
yang bisa kita diambil. Tak hanya berani menceritakan kisah hidupnya yang
dramatis atau pun romantis, tetapi juga menyuguhkan kisah-kisah Rasullullah dan
para sahabat yang ternyata juga pernah mengalami penolakan dalam proses menuju
pernikahan. Disertai pula dengan hadis-hadis yang mendukung.
Menikah
adalah salah satu bentuk ibadah yang panjang. Tak hanya sekadar butuh tekad
untuk menuju akad, tapi harus punya bekal yang cukup. Tak hanya materi, tapi
juga ilmu. Tak hanya mau, tapi juga mampu. Allah akan mampukan siapa yang Dia
pilih. Maka apa saja yang sudah dilakukan agar kita menjadi pilihan Allah?
Libatkan Allah, libatkan orang saleh untuk setiap proses menuju halal. Semua
akan indah pada waktunya, waktunya Allah. Itulah inti yang berhasil saya
tangkap dari buku ini.
Ada
satu bagian yang akhirnya berhasil membuat saya meneteskan air mata. Bukan
kisah pernikahan yang gagal, bukan karena kisahnya yang mirip dengan kisah
pribadi saya, tapi tepat di halaman 136. Mengisahkan seorang ibu yang begitu
bahagia menyambut pernikahan anaknya, mengerahkan seluruh tenaganya untuk
membantu persiapan sang anak, hingga beliau luput dan mengesampingkan
kesehatannya. Akhirnya beliau jatuh sakit dan harus masuk rumah sakit.
Begitulah sebuah pernikahan, tak hanya tentang dua sejoli, tapi juga orang tua
dan keluarga. Orang tua mana yang tak bahagia bilamana anaknya akan menikah.
Orang tua pasti menginginkan dan memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Inilah buku tentang pernikahan yang dikemas
dengan baik. Berhasil mempora-porandakan perasaan pembacanya dan sarat akan
ilmu-ilmu juga tips tentang kehidupan seputar pernikahan.
Alhamdulillah, punya bacaan baru, nambah
bekal ilmu sambil terus ikhtiar, hehe. Semoga Allah mampukan, aamiin.
Teruntuk my sister, Syilviya Romandika …
terima kasih sudah menulis buku ini. Ich hab dich lieb.
Ratna
W. Anggraini
14
Ramadan 1441 H
#BERSEMADI_HARIKE-7
#InspirasiRamadan
#DiRumahAja
#FLPSurabaya
#Ratnawa
#SemangatMenujuHalalNa
eh
#SemangatMenuntutIlmu
hehe :)
semangat menuju halal be halal
BalasHapusNamanya loh ganti-ganti :D
Hapus#SemangatMenujuHalalMbakNa \^0^/
BalasHapusWah Kak Shofi, lama tak jumpa... Kelamaan bertapa menuntut ilmu nih, hihi. Barakallahu fii ilmi.
Hapus